Hanya Orang Ambon Yang Mengerti 6 Ungkapan Sindiran Ini

Hubungan spesial tidak hanya terjalin pada pasangan normal yang sedang kasmaran. Di Maluku, hubungan antara orang yang lebih tua dengan yang lebih muda merupakan hubungan yang sangat khusus dan unik. Dari situlah timbul banyak interaksi sosial yang menjadi taraf penting pembangunan karakter. Anak - anak berbicara dengan orang yang lebih tua dengan sopan santun dan penuh rasa hormat, begitupun sebaliknya.

Hanya Orang Ambon Yang Tau 6 Ungkapan Sindiran Ini !

Mirisnya, di tengah keharmonisan tersebut, ada saja hal - hal aneh yang bisa mengindikasikan pembunuhan karakter anak - anak Maluku seperti beberapa hal di bawah ini ;

1) "Nyong ? sapa pung ana par se ni ?" atau "lewat sondor stom sadiki lae !"
Lewat/melintas jalan tanpa minta permisi pada orang sekitar, entah itu karena si anak yang tidak melihat ada orang di sekitar situ, takut dengan orang yang ada di situ atau bahkan sudah menegur/ meminta permisi tetapi tidak didengar orang yang ada di sekitar situ. Tidak tau ungkapan tersebut dikeluarkan untuk tujuan apa tapi yang jelas konotasinya negatif sekali, seolah - olah orang yang mengucapkan ungkapan tersebut mau melaporkan ketidaksopanan si anak pada orang tuanya atau justru meremehkan didikan orang tua dari anak tersebut. lewat tanpa minta permisi saja jadi perkara, ini jelas berpengaruh besar bagi perkembangan mental anak.

2) "Woee alus !!.."
Kecil, tidak berguna, rapuh, dan masi dalam masa pertumbuhan memang sering diidentikan orang Ambon dengan kata "ana alus" atau "kacil upeng". Memang cuma orang Ambon yang tau dari antara kedua ungkapan tersebut mana yang konotasinya cenderung negatif. Ungkapan "anak alus" ini memang sangat mudah dilontarkan tapi sebenarnya berpengaruh besar pada perkembangan mental anak, jika si anak tidak terima, mungkin dia akan diam tapi suatu saat pasti dia akan buktikan dengan sangat frontal kalau dia bukan "alus" seperti yang orang tua ucapkan.

3) "nau - nau ni !"
Semoga ada orang yang bisa mengartikan ungkapan ini dengan benar. Tapi sudah sangat jelas bahwa ungkapan ini sering ditujukan pada anak - anak yang punya daya ingat lambat, sering melakukan hal konyol, melakukan kecerobohan berulang kali dll. padahal daripada mengeluarkan ungkapan tersebut, lebih baik jika bertanya dan berusaha memahami apa yang sedang dipikirkan, dilakukan dan tujuan dari apa yang diperbuat anak tersebut kemudian mendidiknya dengan baik.

4) "nona ? piring kotor banya di ruma"
Ungkapan ini diucapkan dengan sangat halus dan tenang, tapi lebih cenderung ke sindiran paling keras untuk anak perempuan yang terlalu sibuk bermain sampai lupa waktu, atau cerewet/ berbicara terlalu banyak, apalagi jika ungkapan tersebut diucapkan di depan teman - temannya, dijaman mental langsung down. ini salah satu contoh pembunuhan karakter yang ekstrim.

5) "kaki baminya"
Jangan diterjemahkan ke bahasa Indonesia karena maknanya akan jauh berbeda. Ungkapan ini jelas ditujuhkan pada anak yang keseringan bakalerang bahkan sampai lupa waktu atau populernya "tukang bajalang" padahal belum tentu bakalerang identik dengan hal - hal negatif, bisa saja si anak akhirnya memiliki banyak teman karena pandai bersosialisasi jadi hanya tinggal diarahkan/ diingatkan saja supaya ingat waktu kalau sudah mulai kelewatan.

6) "hui, mulu manis e??"
nah, ungkapan yang terakhir ini paling sering dilontarkan jika ada anak yang mengeluarkan kata kotor atau berbicara tidak sopan. Ungkapan ini sama sekali bukan pujian, justru sindiran keras pada si anak yang kedapatan berbicara menyimpang. Apa salahnya kalau dibilang baik - baik untuk tidak mengucapkan kata - kata kotor daripada di sindir ?.

    Jika keenam ungkapan di atas diucapkan oleh orang yang lebih tua maka sudah pasti si anak hanya bisa diam, kadang malu, kadang sangat malu atau jika mereka tidak terima maka akan semakin menjadi - jadi. Yang terpenting di sini adalah semakin transparannya dunia psikologi khususnya pendidikan karakter anak yang jika diolah dengan benar maka mentalitas anak akan bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik karena anak tetap saja masih dalam proses pendewasaan. 



    #tahuribabunyi

    Share this:

     
    Copyright © tahuribabunyi. Designed by OddThemes