Apa itu KOPI TUNI ?

4:25 AM

Jenis kopi yang paling dikenal dunia adalah Arabica, Robusta dan Liberica, sementara jenis lainnya sering disebut dengan istilah single origin atau kopi khas daerah tertentu dengan banyak varian jenis maupun citarasa. Lalu bagaimana dengan KOPI TUNI ?

Bibit Unggul Kopi Tuni
Bibit unggul Kopi Tuni tanpa pupuk dan pestisida

Eksistensi pohon Kopi Tuni sendiri sudah ada jauh sebelum masa kolonial. Salah satu butir tuntutan Kapitan Pattimura terhadap Van Middelkoop (perang Pattimura 1817), disebutkan bahwa mereka menolak percobaan penanaman Pala dan Kopi oleh Belanda. Ini adalah bukti mengapa di Maluku tidak ada perkebunan kopi pada masa kolonial.

Jauh sebelum itu, Jepang pernah mencoba membuat perkebunan kopi di daerah Luhu, Seram Bagian Barat, dan Tanimbar Utara dengan tujuan mereka bisa menikmati kopi tanpa harus menunggu stok dari perkebunan kopi di daerah lain.

Kopi Tuni termasuk dalam varian single origin dengan tingkat perbedaan yang sangat unik dibandingkan dengan Arabica, Robusta maupun Liberica. Pohon Kopi Tuni tumbuh di Pulau - pulau Maluku dengan persebaran mulai dari pesisr pantai hingga area pegunungan. 

Karena sebelumnya tidak ada harga, Pohon ini biasanya ditebang petani untuk dijadikan kayu bakar atau elemen konstruksi jerat binatang di hutan karena kayunya yang elastis dan kuat. Persebaran Kopi Tuni yang tumbuh liar ini paling banyak ditemukan di Pulau Seram, sementara persebaran lainnya di Pulau - pulau Lease, Buru, Kei, Yamdena dan Wetar. Sangat jarang ditemukan di Hutan - hutan Pulau Ambon. Diduga, pohon Kopi Tuni juga tersebar secara liar dan alami di Pulau - pulau Maluku Utara dan Papua Barat. 

Secara fisik, Kopi Tuni memiliki diamenter batang pohon, daun hingga biji kopi yang lebih kecil dibanding Robusta dan Arabica. 

Dari teknik pengolahan hasil panen hingga menjadi secangkir kopi, ternyata didapati berbagai macam keunikan yang justru menjadi keunggulan dari kopi itu sendiri.

Menurut Yulius Wibowo atau akrab disapa Bowo Kopi oleh para petani, narasumber yang meneliti kopi ini, biji Kopi Tuni bisa menimbulkan mispersepsi jika diluncurkan secara langsung ke dunia bisnis dan perdagangan komoditi kopi. Hal ini dikarenakan orang akan mengira biji Kopi Tuni itu cacat karena ukurannya yang sangat amat kecil.

Citarasa yang didapati pun berbeda - beda tergantung daerah asal Kopi Tuni tumbuh dan Jenis Pohon Penaung. Ada yang rasa cengkeh, kenari, pala, durian, mangga, wine, kacang dan masih banyak lagi. Hal ini dikarenakan perilaku petani Maluku yang cenderung bertani menggunakan teknik tumpang sari, dimana dalam satu dusun/kebun, terdapat berbagai macam pohon-pohon produktif.

Prihatin akan realita Petani dan potensi Kopi Tuni bak Mutiara Hitam yang terabaikan, Bowo Kopi menggagas sistem tata kelola Kopi Maluku berbasis ekonomi sosial kerakyatan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup Petani dan UMKM di Maluku.

Tidak tanggung - tanggung, sebuah Yayasan Kopi Maluku telah berdiri secara legal sejak tahun 2019 dan menjadi fasilitator atas pembentukan Koperasi Seribu Negeri Kopi Maluku yang beranggotakan Petani dan UMKM untuk menggerakan motor ekonomi mikro.

Hingga kini, Koperasi telah membeli biji Kopi Tuni dari anggota Petani dengan harga Rp. 30.000 / Kg, tentunya dengan spesifikasi yang telah disosialisasikan oleh Yayasan. Biji kopi tersebut kemudian diolah oleh UMKM terlatih untuk melahirkan final produk berkualitas tinggi yang mampu bersaing dalam pasar kopi nasional maupun internasional.

Siklus asas manfaat pun dapat dinikmati oleh Petani dan UMKM anggota Koperasi mulai dari rantai pasok, Pembibitan, Perkebunan, Pasca Panen, Gudang, UMKM Sangrai, UMKM Kemasan, UMKM Barista dan Kedai Kopi hingga UMKM Digital Marketing.

Rantai kerjasama skala micro ini terdiri dari Petani, Pemuda dan Industri Kreatif yang sepakat serta mendukung Program Revitalisasi Kopi Maluku dengan harapan agar Maluku bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi yang jauh dari kepentingan kapitalis dan eksploitasi.

 

 


#KopiTuni

Pengukuhan Raja Hina Alane 2020

4:00 PM

Hiruk - pikuk pela gandong menghiasi negeri Allang dalam proses pengukuhan Raja yang baru yaitu  Bapak Oktavianus Edward Patty. Para undangan atau yang mewakili seperti Wagub Barnabas Orno dan Bupati Malteng Abua Tuasikal terlihat antusias menyaksikan momen manis tersebut.

Hina Allane

Acara yang berlangsung dari pagi subuh hingga siang pukul 13:00 ini memberikan makna tersendiri bagi dinamika orang basudara khususnya antara negeri Allang dan para negeri pela gandong seperti Larike dan negeri - negeri Jazirah lainnya. 

Kain gandong yang terbentang terlihat melingkari para petinggi negeri, berjalan mengiringi raja yang baru ke dalam rumah raja yang dilanjutkan dengan arak - arakan di beberapa ruas jalan negeri Allang.

Hina Allane

Pasukan Alifuru Cakalele  yang mengawal prosesi ini sebelumnya bermalam di atas gunung hingga mulai turun gunung pada pukul 05:00 subuh. Cakalele yang diperlihatkan pasukan piawai ini memberikan kesan akan kuatnya orang Maluku dalam seni berperang.

Hina Allane

Tak lupa tim musik tifa totobuang selalu siap sedia dalam memainkan musik tradisional mengiringi arak - arakan dan tari - tarian.

Hina Allane

Hina Allane

Panas terik, pandemi, dan beberapa agenda molor tidak menjadi halangan bagi masyarakat untuk tetap mengikuti acara hingga selesai. 



#tahuribabunyi
#pelantikanraja
#HinaAllane

Kopi Maluku dan Identitas Kepulauan Rempah

4:00 AM

Dengan ambruknya neraca perdagangan negara - negara petarung dalam revolusi industri 4.0 pasca pandemi Covid-19, tidak sedikit inovasi dari berbagai sektor pembangunan perlahan mulai dirintis dengan penuh ketelitian terhadap ramalan perekonomian masa depan. Industri makanan dan minuman cepat saji pun turut melebarkan sayap dalam pengembangan (termasuk temuan baru) yang tentunya memiliki daya saing yang kompetitif.

Baru - baru ini telah ditemukan suatu potensi perdagangan rempah khususnya biji kopi yang diteliti berdasarkan kajian historikal serta kualitas biji kopi itu sendiri. Jelas saja, dunia kopi digegerkan dengan eksistensi Kopi Tuni yaitu kopi (diduga) endemik Maluku yang 'terpendam' bahkan terabaikan berabad - abad lamanya.

Perbandingan Kopi Maluku

Yang unik dari jenis kopi ini adalah ukuran bijinya yang lebih kecil daripada kopi robusta, pohonnya bisa tumbuh di pinggir pantai, memiliki banyak citarasa sesuai tanaman (pohon) lain yang ada di samping pohon kopi itu sendiri sehingga Kopi Tuni bisa memiliki citarasa mangga ketika tumbuh di dekat pohon mangga, memiliki citarasa cengkeh ketika tumbuh di dekat pohon cengkeh dan seterusnya.

Jika ditinjau dari kajian masa kolonial (hongitochten), ternyata salah satu butir Proklamasi Haria pada tahun 1817 oleh rakyat Maluku dibawah kepemimpinan Pattimura menolak menanam kopi serta menolak menyetorkan biji kopi ke Belanda karena Haria dan beberapa pulau lainnya sudah memiliki kopi sendiri yaitu Kopi Tuni, konon rempah ini sangat khusus dan hanya dikonsumsi oleh kalangan para raja dan tua - tua adat.

Dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Paguyuban Darah Juang pada Jumat 25/09/2020, Amril Buamona selaku pegiat kopi dan rempah Maluku memaparkan materi yang sangat runtun mengenai konektifitas antara Kopi Maluku, Jalur Rempah, Ekonomi hingga Sosial Budaya pada masa kolonial.

Diskusi Paguyuban Darah Juang
 

Tidak hanya itu, diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam tersebut disambut oleh berbagai peserta dengan pertanyaan yang mengerucut ke entitas kopi tuni  hingga implikasi tata kelolanya dalam skema pembangunan daerah maupun nasional.

Amril mengajak seluruh kalangan baik pemerintah, swasta maupun para pemangku kepentingan untuk bersama bersinergi dalam memproyeksikan potensi kopi Maluku melalui koperasi petani yang telah dibentuk yaitu Koperasi (produksi) Seribu Negeri Kopi Maluku dibawah naungan Yayasan Kopi Maluku.

Melalui program tersebut, diharapkan Maluku bisa kembali berjaya dalam dunia rempah sesuai identitasnya yaitu "The Spice Islands".



#tahuribabunyi

Pilkada Maluku : Titik Terang Rekomendasi Partai Politik

11:00 AM
Dalam kurun waktu kurang lebih dua bulan lagi, Maluku akan memasuki atmosfer pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) khususnya pada empat kabupaten yaitu; Buru Selatan, Seram Bagian Timur, Kepulauan Aru dan Maluku Barat Daya. Mulai dari proses kampanye hingga waktu pencoblosan pada tanggal 9 Desember 2020.

Pilkada Maluku
Image Pilkada 2020
Source :CNNINDONESIA
Pergerakan konsolidasi mulai nampak baik dari sisi kandidat, tim sukses, partai politik, hingga pihak penyelenggara yaitu KPU, Bawaslu serta TNI-POLRI. Sinergitas dari pihak - pihak terkait tersebut merupakan faktor penting dalam menyukseskan kelancaran Pilkada demi keberlangsungkan kehidupan dan pertumbuhan daerah ke arah yang lebih baik di tengah transisi perubahan zaman (masa pandemi).

Terlihat jelas bahwa para kandidat yang menempuh jalur Parpol sudah dan sedang memperjuangkan rekomendasi guna kelengkapan pendaftaran di KPUD yang jatuh pada tanggal 4 September nanti.

Lantas, bagaimanakah cara atau teknik setiap kandidat dan timses dalam memperjuangkan rekomendasi parpol ? masihkah teknik politik transaksional yang diunggulkan ? atau masih adakah harapan untuk para pendatang baru memasuki arena pesta demokrasi ?

Menurut Mahfud MD dalam pidatonya, beliau mengajak setiap petarung agar tidak bermain curang. Pesan tersebut disampaikan dengan bahasa senda gurau politik yang dikemas dalam sebuah pantun yang berbunyi ;

"Naik kuda ke cianjur dengan maksud membeli kencur. Lakukan Pilkada dengan jujur agar Anda tidak hancur. Kalau Anda curang, sekarang berjaya, suatu saat akan hancur..."

Sangat sederhana namun berbahaya jika ultimatum ini diabaikan apalagi dilanggar. Bagaimana tidak, ini adalah pesan seorang mantan Mentri Pertahanan yang sekarang menjabat sebagai Menkopolhukam.

Dengan realita transisi zaman yang terjadi sekarang, setiap elemen baik pemerintah, koorporasi, akademisi hingga rakyat jelata, mengalami tekanan luar biasa akibat pandemi Covid-19. Setiap orang harus ekstra berpikir keras untuk mengeksekusi setiap alternatif solusi agar mampu mempertahankan diri maupun kelompok jaringan demi tujuan masa depan yang sudah direncanakan sebelumnya. Sehingga masa pandemi yang merupakan kengerian ini dapat diubah menjadi batu loncatan untuk bisa selamat dan mampu berkolaborasi dengan tatanan dunia baru kelak.

Mengingat Pilkada 2020 yang akan dilaksanakan di sejumlah daerah di Indonesia termasuk empat kabupaten di Maluku, maka taktik dan strategi politik transaksional sudah pasti tidak menjamin kelancaran memenangkan pemilihan. Konektifitas oknum - oknum yang menjagokan masing - masing kandidatnya pun mengalami kesulitan dalam menjalankan komunikasi politik guna mendapat rekomendasi Parpol. 

Sementara dari tensi politik lapangan yang sangat erat dengan masyarakat pun mau tidak mau terjerumus dalam ketidakpastian arah pandangan politik, bingung memilih kandidat mana yang tepat dan layak sebagai seorang pemimpin. Misalnya seperti di daerah Maluku Barat Daya (MBD) yang baru - baru ini masih dalam eforia pawai di Kota Tiakur dalam rangka menyambut rekomendasi Partai Golkar dan Demokrat dimana menurut rumor, kedua partai tersebut telah memberikan rekomendasi final ke kandidat yang mereka (massa pawai) jagokan. Tidak tanggung - tanggung, anggota kepolisian kurang lebih 3 personel terlihat sedang mengawal massa yang sedang bergembira ria tersebut.

Selang dua hari kemudian, tidak ada seorangpun di Kota Tiakur atau bahkan MBD yang bisa menjamin bukti fisik bahwa rekomendasi FINAL kedua partai besar tersebut ada dan nyata telah diberikan guna kelengkapan pendaftaran di KPUD. Ini sangat berbahaya jika masyarakat terus - menerus berada dalam pusaran arus informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan oleh pihak - pihak yang sengaja menyebarkannya.

Dalam hal ini, rakyat juga semestinya harus cerdas dalam menanggapi berbagai issue yang beredar. Berbeda pilihan bukan berarti membangun permusuhan. Setiap tumpang - tindih kepentinggan dalam proses memasuki pesta demokrasi ini harus berdampak baik dalam pembangunan daerah,  jangan sampai justru menambah memperburuk keadaan. Rakyat sudah sangat menderita dengan pandemi Covid-19.



#tahuribabunyi
#Pilkada2020
 
Copyright © tahuribabunyi. Designed by OddThemes