Mematahkan Teori Konspirasi Maluku Adalah Suku Gad


Entah mengapa beberapa tahun terakhir, banyak orang menyelidiki indentitas Maluku baik dalam skala organisasi maupun perorangan. Bahkan tidak sedikit dari para penyelidik ini adalah orang Maluku sendiri yang berani membuka silsilah mereka dalam skema pro/setuju Maluku adalah salah satu dari 10 Suku Israel yang hilang dan belum kembali yaitu Suku Gad.

batu tungku Maluku
batu tungku, meriam VoC dan lukisan naga di Kep. Kei Kecil - Maluku Tenggara
Di antara banyak penyelidikan baik secara rahasia maupun terpublikasi, yang paling terkenal adalah buku dari Rabbi Avner dengan judul "Anak Kunci Israel Yang Hilang Di Indonesia" dan buku Rabbi Resley yang berjudul "Pintu Gerbang Emas Israel Yang Tertinggal Di Indonesia". Sementara untuk resensi dan ulasan kedua buku tersebut dapat dibaca pada dua link ini: www.tihulale.com dan kabaressi.blospot.com karena artikel kali ini tidak membahas seluk - beluk Suku Gad melainkan identitas dari Maluku itu sendiri.

Untuk mematahkan teori - teori dalam kedua buku tersebut, pertama - tama sebaiknya kita tinggalkan ego dalam memetakan kasta yang terkesan meninggikan atau merendahkan kasta tertentu dan menggantikannya dengan pemahaman bahwa kasta merupakan sistem yang berperan aktif dalam kebudayaan orang Maluku dengan menyadari bahwa setiap kasta mempunyai tugas dan fungsi masing - masing.

Selanjutnya mari kita lihat setidaknya tujuh teori yang rasanya sangat konspiratif dan dianggap sebagai dalih bahwa Maluku adalah Suku Gad, diantaranya; 
  • Maluku berasal dari nama Dewa sesembahan Bani Amon yaitu Dewa Molokh yang sering diidentikan dengan darah dalam sumpah Pela Gandong. 
  • Keberanian dan kepiawaian berperang orang Maluku yang sangat mirip dengan suku Gad.
  • Sistem pemerintahan kepala soa dalam beberapa mataruma (Vam:Nama Keluarga) yang mirip dengan sistem pemerintahan suku - suku Israel.
  • Nama Alifuru yang berakar dari huruf Ibrani Alef artinya pertama.
  • Sejumlah nama - nama daerah baik laut maupun daratan yang ada unsur EL-nya yaitu Elohim Israel.
  • Batu tungku atau batu pamali berbentuk simbol bintang Daud.
  • Hingga yang terakhir adalah penelitian mengenai DNA dari sample orang Maluku yang mirip DNA Israel.
Ketujuh argumen di atas sangat mudah dipatahkan oleh sejumlah orang yang benar - benar memahami bahkan terlibat dalam sejarah dan Identitas Maluku sehingga tidak wajar kalau penelitian - penelitian semacam ini ibarat anekdot dengan iming - iming orang Maluku harus melakukan migrasi ke Negara Israel atau lazimnya terkenal dengan istilah zionisme.

Kita mulai dengan arti dan makna dari sebuah nama untuk 'Alifuru' dan 'Maluku'.

Banyak yang menafsirkan 'alifuru' sebagai manusia pertama karena terdiri dari dua kata yaitu 'alif'/'alef' yang berarti pertama dan 'uru' yang berarti raga atau manusia. Pengertian ini belum termasuk pelafalan bangsa Belanda, Jerman ataupun Portugis. Boleh saja dengan pemikiran semacam ini karena tidak ada salahnya, akan tetapi pertanyaan yang lebih mendalam adalah apa makna dari alifuru ? 

Etimologi kata 'alifuru' hanya bisa dipahami maknanya ketika kita mengerti setiap elemen hurufnya. Alifuru terbagi atas dua kata yaitu 'Alef' dan 'Uru'. Kata 'Alef' mempunyai hubungan yang erat dengan 'kepala dan tanduk kerbau' karena sebenarnya cikal bakal huruf - huruf modern berasal dari simbol - simbol kebudayaan. Alef ditulis dengan simbol kepala kerbau dan dua tanduk yang melambangkan keberanian, kekuatan dan kepemimpinan. Kerbau juga digunakan sebagai simbol keperkasaan orang Maluku dalam berperang, hal ini hanya bisa dipahami secara mendalam ketika kita menyaksikan bagaimana nyaringnya bunyi dua tanduk kerbau yang sedang berduel sehingga simbol dua tanduk ini dianut oleh suku - suku Alifuru pada setiap ikat kepala atau kain patola. Kain ikat kepala dililit sesuai diameter kepala dan kedua ujung kainnya diselit tergantung berdekatan telinga kiri dan kanan. Itulah jiwa kapitan/pemimpin dengan simbol dua tanduk kerbau di kepala mereka.

Sedangkan Uru sendiri adalah tubuh atau bentuk fisik manusia yang di dalamnya ada jiwa dan roh. Demikian Alifuru sebagai manusia awal atau 'di depan', manusia pemimpin, manusia piawai dalam berperang. Bukan seperti yang diartikan banyak orang yang mengerucut ke Ibrani atau Arab sekalipun ada unsur kesamaannya.

Setelah mengetahui elimologi 'alifuru' maka kita akan memahami bahwa simbol kepala dan tanduk kerbau bukan berarti sosok fisik dewa Molokh yang digambarkan seperti manusia setengah kerbau lengkap dengan tanduk dan kedua tangan mengadah ke atas. Model ukirannya dapat dilihat dalam Tavu Tanimbar (Tavu:Altar atau Piring Korban). Sekali lagi ini tidak ada hubungannya dengan Dewa Molokh.

Khusus untuk budaya pela gandong yang dibangun dengan darah tidak berarti menyembah Dewa Molokh, budaya yang sama juga dipraktekan oleh bangsa - bangsa tua di bumi seperti Mongol, Inka, Vikings dll. Kelapa dibelah, tangan diiris, darah diperas dicampur dengan air kelapa lalu diminum sebagai tanda persaudaraan kemudian diakhiri dengan pencanangan batu tungku atau batu pamali. Saudara berarti satu darah, ritus perjanjian semacam ini dilakukan karena di dalam darah ada nyawa, dan darah adalah satu - satunya saksi yang dapat bercicara sekalipun raga sudah mati (ingat peristiwa Kain membunuh Habel). Tak heran segala macam perjanjian - perjanjian dalam adat Alifuru identik dengan darah.

Berdasar darah inilah lahir sistem kasta yang membagi - bagi kelompok dalam satu negri adat dimana memiliki sistem pemerintahan yang sangat kompleks mulai dari Raja, Kapitan, Imam, Kepala Soa, Mauweng, Masyarakat. Sistem ini sering diidentikan dengan sistem pemerintahan Suku Israel padahal kalau ditelusuri secara mendalam di Alkitab, bangsa - bangsa dan tiap berkatnya sudah diatur pada keturunan Nuh, Setiap keturunan dengan bangsanya sendiri, daerahnya sendiri dan bahasanya sendiri.

Ada sejumlah arti dan makna dari kata 'maluku'. Kita ambil yang paling terpelihara bentuk aslinya hingga sekarang yaitu nama yang digunakan Maluku Utara "Moloku Kie Raha". Moloku dari akar kata 'molo' dan 'uku' yang berarti 'dari bawa ke atas' dalam kontes selam. Nama 'molo uku' ini sekaligus merepresentasikan ciri kepualuan Maluku dari utara sampai Sunda Kecil (NTT) dimana negri seribu pulau ini merupakan pulau dari gunung - gunung laut yang bagian atasnya mampu menembus kulit air, berbeda dengan benua lain di bumi. Ini semakin terbukti bahwa Kep. Maluku berdiri di atas patahan dan palung - palung laut. Tidak seperti penafsir yang menafsirkan Maluku dari nama dewa Molokh atau nama Al-Mulk/Melek yang berarti raja - raja. Sekali lagi ada kemiripan tapi terdapat perbedaan yang sangat krusial antara pendapat penafsir dan orang Maluku sendiri.

Lalu bagaimana dengan nama - nama daerah yang ada unsur EL-nya ?
Sederhana, orang maluku sudah mengenal dan menyembah Tuhan Semsta Alam sebelum datangnya bangsa - bangsa menyiarkan agama. Fakta adalah peradaban hindu di Nusantara tetapi orang Maluku bukan beragama hindu. Orang Maluku menganut sistem Kakehan dan Tangkole hingga tergenapinya janji keselamatan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi penyebaran besar - besar kesepuluh suku Israel di seluruh bumi diantaranya ada di Maluku, akan tetapi bukan hanya Suku Gad saja, lebih dari itu ! Selain bukti DNA, ada sejumlah negri adat yang telah berasimilasi dengan keturunan Yakub dan mereka masih memegang pusaka (akan dibahas dalam artikel berikutnya).

Ibarat menanyakan asal usur orang Papua yang berkediaman di Kep. Aru maka mereka akan menjawab bahwa orang Aru sebenarnya berasal dari Papua, wajar saja karna yang ditanya bukan orang asli Aru. Atau pertanyaan yang sama diberikan pada orang Madagaskar, mereka tidak akan menjawab dari Afrika melainkan dari Indonesia Timur. Begitupun dengan Alifuru Maluku yang telah membuktikan diri sebagai bangsa yang berdaulat yang memiliki negerinya sendiri - sendiri, wilayahnya sendiri, bahasanya sendiri, namun tetap menerima dengan baik kaum 'pendatang' baik pedagang, bangsawan, bahkan penjajah sekalipun.


Untuk diingat :
1. Orang Maluku tidak perlu menyembah dewi kesuburan atau apolos untuk menurunkan hujan. dengan memerintahkannya saja, hujan bisa datang dan pergi dengan mudah (tapi ada harganya).
2. Untuk apa menyembah Dewa Molokh dengan menyediakan korban manusia kalau orang Maluku memang sudah piawai dalam berperang dari jaman dulu kala, tapi akhirnya jatuh juga karena politik adu doma.
3. Dalam kasus 12 anak Yakub ketika Dina diperkosa, saudara - saudaranya masih melakukan perundingan dan menunggu waktu yang tepat untuk balas dendam. Kalau benar Maluku adalah suku Gad, tidak perlu tunggu lama untuk menjatuhkan kepala orang yang sudah mengambil harga diri saudara perempuan mereka.
4. Tidak semua orang Maluku menggunakan Ilmu (warisan) untuk kebaikan, sepandai - pandainya tupai melompat pasti jatuh juga.
6. Benar adanya asimilasi dan akulturasi bangsa - bangsa lain dengan Maluku termasuk Yahudi, tapi bukan menjadi dalih Maluku adalah Suku Gad.



#tahuribabunyi

Share this:

 
Copyright © tahuribabunyi. Designed by OddThemes