Kesetaraan Gender di Maluku

Perkembangan kesetaraan gender di dunia sangat mengindikasikan pada pemahaman feminisme yang cenderung radikal atau dengan kata lain, persamaan hak wanita yang  paradox. Kesetaraan gender atau persamaan hak memberikan ruang bagi kaum perumpuan (khususnya di belahan bumi bagian barat) untuk berkreasi layaknya pria dalam hal tugas dan tanggung jawab, tentu hal ini sangat baik akan tetapi bagaimana jika ruang itu mengindikasikan perempuan untuk bisa mengatasi pria bahkan berkuasa atasnya ? ya, inilah pergeseran yang terjadi secara bertahap dan menjadi pembahasan dalam seminar - seminar kesetaraan  gender.

Perempuan Tanimbar
Perempuan Tanimbar
Indonesia termasuk negara yang merasakan dampak persamaan hak antara pria dan wanita, hal ini dibuktikan dengan orientasi perempuan yang mulai terjun dalam dunia politik, pertahanan dan militer, pemerintahan dll. Contohnya, mantan Presiden Megawati. Akan tetapi belum ada hal - hal khusus yang mengarah pada feminisme bahkan feminisme radikal. feminisme merupakan paham yang menyatakan bahwa  perempuan lebih dari laki - laki. Setidaknya itu yang dapat dinilai melalui pemberitaan media masa seperti TV, koran, majalah, medsos dll. Lalu, bagaimana dengan konteks kesetaraan gender di Indonesia bagaian Timur ? 

Sebagai sampel, mari kita lihat dari kondisi Orang Maluku.
Pada kenyataannya, hal kesetaraan gender seperti suatu hal yang baru bagi orang Maluku ketika konteks ini dibahas di daerah tersebut tetapi, setelah menelusuri lebih lanjut, justru merupakan hal yang lazim untuk diterapkan di Maluku. Hal ini dipengaruhi oleh budaya yang sangat kental selain solidaritas saling menghargai antara  pria dan wanita, begitu juga antara keluarga dan sesama. Sejak jaman dahulu bahkan sebelum  Indonesia merdeka, hampir tidak ada  batasan bagi perempuan untuk berkarya dalam hal melakukan pekerjaan laki - laki. Sebagai contoh di Maluku, perempuan juga bisa panjat kelapa, tebang pohon, belah kayu bakar, menyelam untuk memanah ikan, bahkan memikul barang - barang berat hingga pada zaman penjajahan pra  kemerdekaan pun perempuan terlibat dalam Peperangan taktik maupun fisik (yang  paling  terkenal adalah Christina Martha Tiahahu). Apakah kesetaraan gender merupakan hal baru di Maluku ? tentu saja tidak. Lalu  bagaimana dengan  kaum pria ? apa ayang mereka sering kerjakan ?

Kebebasan pada perempuan untuk berkarya bukan menjadi alasan untuk kaum pria menjadi pemalas, tentu saja tetap ada hal - hal khusus yang harus dikerjakan laki - laki seperti berburu, membangun rumah, menjaga keamanan dan tetap mengawasi keluarga. Budaya orang Maluku yang sangat menjunjung tinggi solidaritas dan persaudaraan itu nyata dalam adat Pela Gandong karena tentu saja kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa dan mengikat masyarakat secara turun temurun maka, akan sangat sulit untuk munculnya kemungkinan feminisme radikal di Maluku, layaknya kaum pria yang tidak menindas kaum wanita, begitupun sebaliknya.

Tentunya budaya orang Maluku ini sangat manis dan tetap terjaga, akan tetapi tidak menutup kemungkinan eksternal masuknya budaya asing yang tidak disaring secara bijak yang mampu untuk menggeser perlahan identitas Pela Gandong. Secara keseluruhan kesetaraan gender orang Maluku tentunya dapat diukur dengan jenis pekerjaan yang digeluti baik formal maupun  non formal.




#tahuribabunyi

Share this:

 
Copyright © tahuribabunyi. Designed by OddThemes